MAKALAH

MAKALAH
”ILMU KESEHATAN MASYARAKAT”
“Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita”
Dosen pembimbing: Siti Sundari, SE., M.Kes.




Oleh
Laila Mar’atul Ulya (1202100002)
Kelas 1A




KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
TAHUN AJARAN 2012/2013







KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah  Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan judul makalah Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat Semester 2 Jurusan DIII Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Malang, April 2013


     Penyusun



DAFTAR ISI
Halaman sampul
Kata pengantar…………………………………………………………………..2
Daftar isi…………………………………………………………………………..3
BAB I             PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………5
1.3 Tujuan…………………………………………………………….5
BAB II            PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pestisida…………………………………………….7
2.2 Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan
Reproduksi Wanita……………………………………………..12
2.3 Contoh Kasus Hipotiroidisme Sebagai Dampak
Dari Penggunaan Pestisida…………………………………..18
2.4 Upaya-upaya Yang Telah Dilakukan Pemerintah………….20
2.5 Solusi Dari Penyusun………………………………………….22
BAB III           PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………….25
3.2 Saran…………………………………………………………….26
3.3 Daftar Rujukan………………………………………………….27





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Negeri dengan penduduk sekitar 250 juta mutlak membutuhkan perhatian besar terhadap aspek industri pertanian. Kebutuhan pangan penduduk yang begitu banyak, dengan keinginan maju yang amat kuat dari segenap rakyat, sangat membutuhkan pola pengelolaan industri pertanian yang mapan dan masif sebagai pendukung utama ketahanan pangan. Mengandalkan impor pangan adalah sebuah kemunduran ekonomi. Untuk itu optimalisasi industri pertanian harus dilakukan secara lebih terarah dan berkelanjutan. Beberapa hal yang mampu mendukung suksesnya industri pertanian adalah tersedianya alat pertanian yang memadai, pupuk, dan pestisida.
Namun pestisida selain mempunyai sisi positif  berupa terhindarnya tanaman dari gangguan hama atau penyakit, pestisida juga menjadi ancaman yang sangat serius bagi lingkungan. Bahaya serius ini dapat mengancam populasi hewan dan juga memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan manusia.
Permasalahan aspek dan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pestisida dipandang sebagai suatu hal yang perlu diuraikan dalam makalah ini. Berdasarkan studi dari beberapa literatur atau bahan bacaan, penyusun akan merumuskan beberapa dampak yang ditimbulkan oleh pestisida terhadap kesehatan reproduksi serta solusi yang tepat untuk menanggulangi dampak penggunaan pestisida yang secara berlebihan, setidaknya mampu memberikan altenatif untuk dipikirkan dan dilakukan oleh pelaku industri pertanian dan masyarakat yang terlibat dalam pertanian saat ini. Kesadaran terhadap tingginya potensi bahaya yang ditimbulkannya diharapkan dapat membantu penanggulangan tindakan-tindakan berlebihan dalam penggunaan zat kimia beracun ini.

1.2  Rumusan Masalah
1.     Apa yang dimaksud dengan pestisida?
2.     Apa dampak penggunaan pestisida terhadap kesehatan reproduksi wanita?
3.     Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menanggulanginya?
4.     Bagaimana solusi yang dilakukan oleh penyusun dalam menanggulangi bahaya pemakaian pestisida secara berlebihan?

1.3  Tujuan 
1.     Untuk mengetahui pengertian dari pestisida
2.  Untuk mengetahui dampak penggunaan pestisida terhadap kesehatan reproduksi wanita.
3.     Untuk memngetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam menanggunlangi bahaya penggunaan pestisida secara berlebihan.
4.     Untuk mengetahui solusi dari penyusun dalam menanggulangi bahaya yang disebabkan oleh penggunaan pestisida secara berlebihan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit, dan gulma. Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan produksi industri pertanian.
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah C, H, O, N, P, Cl, Fe, Cu, Hg, Pb, dan Zn. Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih.
Pestisida dikategorikan berdasarkan jenis organisme yang populasinya akan dikendalikan. Adapun kategori ini antara lain :
1.     Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
2.     Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri
3.     Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
4.     Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
5.     Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
6.     Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
7.     Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
8.     Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu
9.     Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
10.  Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
11.  Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
12.  Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
13.  Algisida, berasal dari kata alge yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alga.
14.  Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
15.  Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
16.  Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
17.  Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.
Selain kategori pestisida diatas, terdapat beberapa pestisida kimiawi lainnya antara lain :
1.         Atraktan (zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap).
2.         Kemosterilan (zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang).
3.         Defoliant (zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai).
4.         Desiccant (zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya).
5.         Disinfektan (zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme).
6.         Zat pengatur tumbuh (zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman).
7.         Repellent (zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya, contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk).
8.         Sterilan tanah (zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma).
9.         Pengawet kayu (biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
10.      Stiker (zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan).
11.      Surfaktan dan agen penyebar (zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun).
12.      Inhibitor (zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas).
13.      Stimulan tanaman (zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah).
Pestisida juga dapat dibedakan berdasarkan ketahanannya yakni pestisida golongan resisten dan pestisida kurang resisten. Pestisida resisten adalah pestisida yang meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan secara signifikan dan sangat sulit untuk diuraikan secara alami. Sedangkan yang kurang resisten adalah pestisida yang pengaruhnya terhadap lingkungan lebih kecil dari pada pestisida resisten bahkan dapat diabaikan.
Pestisida yang resisten termasuk di antaranya golongan organochlorines. Pestisida ini meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain.
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Nama formulasi pestisida yang sering dijumpai antara lain : formulasi cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates), formulasi butiran (granulars), formulasi debu (dust), formulasi tepung (powder), formulasi oli (oil), dan formulasi fumigansia (fumigant).
Pestisida juga dapat dikategorikan berdasarkan cara kerjanya dalam mengendalikan sasaran antara lain :
1.     Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.
2.     Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas
3.     Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
4.     Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida. 

2.2  Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan Reproduksi
       Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan sida. Pest meliputi hama penyakit secara  luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang berarti membunuh. Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan  target  termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna lainnya.
Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan pengetahuan, perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatan reproduksinya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan di lahan pertanian, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
       Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan reproduksi manusia, terutama wanita. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida, petani dan para pekerja di pertanian lainnya terpapar (kontaminasi) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida (Pan AP,2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terpapar pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pertisida juga beresiko terkontaminasi pestisida.
       Peran perempuan di pertanian yang begitu besar membuat perempuan juga dominan dan paling beresiko terhadap dampak pestisida. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Dunia di perserikatan bangsa-Bangsa (FAO), jumlah perempuan yang terlibat di sektor pertanian meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah tenaga kerja perempuan dalam sektor pertanian mengalami peningkatan hampir empat kali lipat dari tahun 1960 sebanyak 7,43 juta menjadi 20,82 juta orang pada tahun 2000 (Data FAO,2000). Meskipun FAO belum pernah mengeluarkan data jumlah petani terutama petani perempuan yang terkena dampak pestisida, namun ada beberapa studi terhadap kasus – kasus yang berkaitan dengan dampak pestisida tersebut.
       Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang  waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
Dibawah ini beberapa bahaya pestisida yaitu
·                    Pestisida Menyebabkan Kemandulan
Salah satu jenis pestisida adalah atrazine, atrazine merupakan pembunuh gulma yang banyak digunakan di pertanian tebu dan terdeteksi dalam air keran. Para ilmuwan dan dokter mengemukakan bahwa pestisida ini meningkatkan risiko keguguran dan kemandulan (kualitas dan mobilitas sperma menurun).

·                    Bahaya Pestisida Pada Kehamilan, Bayi, dan Anak
Pestisida yang tidak sengaja termakan oleh ibu hamil dapat menyebabkan bayi cacat lahir. Cacat lahir seperti spina bifida, bibir sumbing, kaki pengkor, dan sindrom down bisa diakibatkan paparan pestisida. Untuk memperkecil resiko, ibu hamil harus selektif dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.
Paparan pestisida selama 3 bulan sebelum konsepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan resiko keguguran spontan pada ibu hamil. Selain itu, bayi yang dilahirkan juga beresiko terkena leukimia dan kecerdasannya bisa terganggu.
Bila terpapar pestisida sejak kehamilan akan berpengaruh pada pembentukan janin dalam kandungan. Residu pestisida bisa meningkatkan risiko kelainan bawaan tertentu selama perkembangan janin. Apalagi selama perkembangannya janin belum mampu mendetoksifikasi racun yang ada. Sementara otak dan sistem saraf sendiri masih terus berkembang hingga anak berusia 12 tahun.
Pada anak, paparan pestisida dapat menurunkan stamina tubuh serta perhatian dan konsentrasinya. Begitu pun memori dan koordinasi tangan mata yang terganggu, serta semakin besar kesulitan anak dalam membuat gambar garis sederhana.
Anak yang terpapar residu pestisida sejak balita, ketika usia SD kecerdasannya akan menurun. Sebuah penelitian yang dilakukan di Meksiko terhadap anak yang mengkonsumsi anggur disemprot pestisida dan yang tidak disemprot pestisida, menunjukkan perbedaan kognitif yang signifikan.
·                    Pengaruh Pestisida Terhadap Perubahan Hormon
Jangka panjang dari paparan pestisida secara terus menerus dalam waktu sekitar 20-30 tahun akan terjadi perubahan hormonal dan sistem reproduksi. Pada anak laki-laki diistilahkan dengan demasculinisation, yaitu hilangnya sifat-sifat maskulin. Sementara pada anak perempuan disitilahkan dengan defeminisasion. Jadi anak mengalami perubahan orientasi seksualnya.
       Beberapa studi kasus yang ditemukan, dampak dari penggunaan pestisida secara berlebihan terhadap kesehatan reproduksi perempuan salah satunya terjadi di India, pestisida menjadi penyebab utama yang telah membinasakan hidup penduduk desa Kasargod, Kerala. Di temukan bahwa selama dua setengah dekade, pestisida jenis endosulfan telah disemprotkan dilahan perkebunan kacang-kacangan, pohon dan buah jambu monyet di beberapa desa daerah Kasargod yang dilakukan oleh perusahan perkebunan di Kerala. Akibatnya penduduk desa di sekitar perkebunan menderita berbagai macam penyakit dan menderita gangguan kesehatan akibat terpapar pestisida endosulfan. Pada umumnya adalah gangguan terhadap sistem reproduksi perempuan, seperti kanker rahim dan kanker payudara. Ditemukan fakta anak-anak yang dilahirkan mengalami cacat fisik, keterlambatan mental, serta kekebalan tubuh rendah.
       Studi lain yang dilakukan di Amerika, menunjukkan bahwa perempuan yang tinggal di daerah yang penggunaan pestisidanya tinggi, mempunyai resiko 1,9 sampai 2 kali lebih tinggi beresiko melahirkan bayi dalam keadaan cacat, dibandingkan perempuan yang bertempat tinggal di daerah yang tidak menggunakan pestisida (Emmy lucy,s. Terompet, 1993)
       Racun kimia yang terbuat dari klorine dapat menyebabkan Kanker payudara, dan sebuah penelitian Greenpeace menemukan setiap tahun 50.000 perempuan Amerika meninggal dunia karena racun ini. Zat klorine yang umumnya ada pada pestisida seperti Dioksin, PCB dan DDT, senyawa ini mampu lama berakumulasi dalam tubuh manusia dan lingkungan. Pencemaran lingkungan oleh kimia ini berkaitan dengan kemandulan dan pertumbuhan yang tidak seimbang tidak saja pada manusia juga terhadap hewan dan tumbuhan.
          Di Indonesia sendiri, menurut data pertanian tahun 2000 menyatakan 50,28% dari total jumlah tenaga kerja di sektor pertanian atau sebesar 49,60 juta adalah perempuan, kenyataannya masih sedikit penelitian terhadap tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh pestisida baik itu pada proses pertanian maupun pada produk makanan. Sehingga hanya beberapa kasus keracunan pestisida maupun gangguan yang dialami yang disebabkan dampak pestisida yang terungkap.
Beberapa dari kasus gangguan terpapar pestisida yang ditemukan ternyata sebagian besar penderitanya adalah petani perempuan. Kasus keguguran kehamilan yang dialami oleh salah seorang petani dari Sumatera Barat akibat penggunaan pestisida Dursban yang dicampur dengan Atracol (Terompet No.5,1993), menunjukkan fakta bahwa pestisida sangat berbahaya bagi perempuan terutama bagi kesehatan reproduksinya. Pestisida dapat meracuni embrio bayi dalam kandungan yang sama berbahaya seperti meracuni ibunya, bahkan yang belih buruk lagi kerusakan dapat terjadi sebelum masa kehamilan. Berdasarkan hasil sebuah studi di universitas Sidney pada tahun 1996 menyatakan bahwa perempuan yang terkena pestisida masa awal kehamilan dapat mengakibatkan cacat pada bayi.
Kasus lain, hasil penelitian yang dilakukan oleh PAN Indonesia terhadap petani perempuan di desa Bukit dan desa Sampun, Berastagi Sumatera Utara, mengenai tingkat keracunan pestisida berdasarkan Indikator kelaziman aktivitas enzim Acetylcholinesterase (Ache) dalam plasma darah, ditemukan bahwa tingkat pencemaran yang terjadi pada petani perempuan tersebut sudah melampau batas yang ditetapkan oleh WHO (tidak kurang dari 70 % dari aktivitas normal).

2.3  Contoh Kasus Hipotiroidisme Sebagai Dampak Dari Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida secara intensif di daerah pertanian, khususnya di daerah pantai utara Jawa Tengah, ternyata mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelompok wanita usia subur, yaitu usia sekitar 15-49 tahun. Penggunaan pestisida menimbulkan hipotiroidisme, yakni keadaan di mana kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid cukup bagi ibu hamil. Kasus ini juga ditemukan berkembang di daerah dataran rendah, terutama di sentra pertanian dengan intensitas pemanfaatkan pestisida begitu yang tinggi dalam pertaniannya.
Apabila terjadi pada wanita hamil, hipotiroidisme yang ringan sekalipun dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kecerdasan dan gangguan perkembangn fungsi motorik pada anak yang kelak dilahirkan.
Penyebab disfungsi tiroid sering terjadi di daerah dataran tinggi, hal ii dikarenakan daerah dataran tinggi kekurangan yodium. Rendahnya kandungan yodium dalam air, tanah, dan produk-produk pertanian di daerah itu menyebabkan asupan yodium kurang. Akibatnya, kelenjar tiroid kekurangan bahan baku untuk sintesis hormon tiroid. Salah satu tanda disfungsi tiroid adalah terjadinya pembesaran kelenjar tiroid atau sering disebut penyakit gondok (goiter) atau gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI).
Selain itu, gangguan klinis hipotiroidisme antara lain kelelahan, lesu, intoleransi dingin, gangguan menstruasi, penyakit gondok, dan sulit buang air besar.
Apabila terjadi pada wanita hami, hipotiroidisme dapat menyebabkan meningkatnya kelahiran anak-anak yang menderita autisme, anak yang lemah perhatiannya. Hipotiroidisme juga dapat menyebabkan infertilitas, abortus spontan, dan bayi yang lahir berat badannya rendah,

2.4  Upaya-upaya Yang Telah Dilakukan Pemerintah
*        PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1973
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara lain ditentukan bahwa:
·           Tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya
·           Hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
·           Pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu
·           Tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.
Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
·           Memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian
·           Memberantas gulma
·           Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
·           Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong pupuk
·           Memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
·           Memberantas atau mencegah hama air
·           Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
·           Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu bahan akan termasuk dalam pengertian pestisida apabila bahan tersebut dibuat, diedarkan atau disimpan untuk maksud penggunaan seperti tersebut di atas.
Sedangkan menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.

2.5  Solusi Dari Penyusun dalam Menanggulangi Dampak Penggunaan Pestisida Secara Berlebihan
·           Usaha atau tindakan yang dapat kita lakukan sebagai pencegahan terhadap bahaya penggunaan pestisida secara berlebihan terhadap kesehatan reproduksi wanita adalah sebagai berikut :
1.     Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
Dosis yang berlebihan sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia, terutama kesehatan reproduksi perempuan.
2.     Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh pertanian.
Apabila pemberantasan hama dan gulma bisa diatasi dengan menggunakan non-pestida, seperti menggunakan predator alami, maka jangan menggunakan pestisida, karena jika tanah sering disemprot pestisida, tingkat kesuburan tanah juga menurun. Selain itu juga bisa terjadi resistensi terhadapa serangga pengganggu.
3.     Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
4.     Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.
5.     Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.
Cara pemakaian harus benar-benar diperhatikan guna keefektifan penggunaan pestisida
6.     Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
7.     Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
Selain upaya diatas, ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain dengan mencuci sayuran atau makanan yang terkontaminasi dengan pestisida secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran.




















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit, dan gulma.
Penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan pengetahuan, perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatan reproduksinya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan di lahan pertanian, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
       Dampak penggunaan pestisida yang sudah terjadi di beberapa Negara antara lain terjadinya gangguan terhadap sistem reproduksi perempuan, seperti kanker rahim dan kanker payudara. Ditemukan fakta anak-anak yang dilahirkan mengalami cacat fisik, keterlambatan mental, serta kekebalan tubuh rendah, hal itu terjadi di Negara India.
       Selain kejadian diatas, penggunaan pestisida secara berlebihan juga menyebabkan kemandulan bagi kaum perempuan dan keguguran kehamilan dan lain-lain.


3.2  Saran
Seharusnya pihak industry pestisida lebih memperhatikan kesehatan lingkungan, terutama kesehatan reproduksi yang ditimbulkan oleh penggunaan pestida. Selain itu pihak Pemerintah juga tidak boleh berdiam diri dalam menghadapi masalah ini. Pemerintah harus membuat aturan yang mengatur penggunaan dan peredaran pestisida. Karena dengan dosis yang tepat akan meminimalisir permasalahan yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida secara berlebihan.
Selain pihak industri pestisida dan Pemerintah, pihak pengguna atau pemakai pestisida juga harus memperhatikan cara pemakaian pestisida. Mereka harus mengetahui bagaimana penggunaan, kegunaan, aturan pakai dan dosis yang harus dilakukan supaya terhindar dari gangguan reproduksi yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida.



DAFTAR PUSTAKA




No comments:

Post a Comment